Senin, 02 November 2015

 BEDHAYA KETAWANG


Bedhaya Ketawang  adalah tarian sakral yang rutin dibawakan dalam istana sultan Jawa (Keraton Yogyakarta  dan Keraton Solo).
    Ada beberapa pendapat berbeda berkaitan dengan arti kata Bedhaya Ketawang. Salah satunya yaitu Bedhaya berasal dari bahasa sansekerta "budh" yang berarti pikiran atau budi. Proses fikir dan olah rasa tersebut melahirkan bedhaya atau budaya. Sedangkan Ketawang berarti langit atau angkasa. Sehingga dapat diartikan sebagai Budaya Langit. Pendapat lain mengatakan bahwa Bedhaya memiliki arti penari keraton. Sedangkan Ketawang berarti langit atau bintang. Bedhaya Ketawang memiliki makna yaitu tarian langit yang menggambarkan gerak bintang. 
Disebut juga tarian langit, bedhaya ketawang  merupakan suatu upacara yang berupa tarian dengan tujuan pemujaan dan persembahan kepada Sang Pencipta.


Pada awal mulanya di Keraton Surakarta  tarian Bedhaya Ketawang  ini hanya diperagakan oleh tujuh wanita saja. Namun karena tarian ini dianggap tarian khusus yang amat sakral, jumlah penari kemudian ditambah menjadi sembilan orang.
Sembilan penari terdiri dari delapan putra-putri yang masih ada hubungan darah dan kekerabatan dari keraton serta seorang penari gaib yang dipercaya sebagai sosok Nyai Roro Kidul.
Bedhaya Ketawang  ini diciptakan oleh Raja Mataram  ketiga, Sultan Agung (1613-1646) dengan latar belakang mitos percintaan raja Mataram pertama (Panembahan Senopati) dengan Kanjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan).
Sebagai tarian sakral, terdapat beberapa aturan dan upacara ritus yang harus dijalankan oleh keraton juga para penari.
Bedhaya Ketawang  bisa dimainkan sekitar 5,5 jam dan berlangsung hingga pukul 01.00 pagi.
Hadirin yang terpilih untuk melihat atau menyaksikan tarian ini pun harus dalam keadaan khusuk, semedi dan hening. Artinya hadirin tidak boleh berbicara atau makan, dan hanya boleh diam dan menyaksikan gerakan demi gerakan sang penari.
Tarian Bedhaya Ketawang  besar hanya di lakukan setiap 8 tahun sekali atau sewindu sekali. Sementara, tarian Bedhaya Ketawang  kecil dilakukan pada saat penobatan raja atau sultan, pernikahan salah satu anggota keraton yang ditambah simbol-simbol.



Tarian Bedhaya Ketawang dilakukan oleh 9 penari yang memiliki posisi dengan simbol tertentu, yaitu :
  1. Penari pertama disebut Batak yang disimbolkan sebagai pikiran dan jiwa
  2. Penari kedua disebut Endhel Ajeg yang disimbolkan sebagai keinginan hati atau nafsu
  3. Penari ketiga disebut Endhel Weton yang disimbolkan sebagai tungkai kanan
  4. Penari keempat disebut Apit Ngarep yang disimbolkan sebagai lengan kanan
  5. Penari kelima disebut Apit Mburi yang disimbolkan sebagai lengan kiri
  6. Penari keenam disebut Apit Meneg yang disimbolkan sebagai tungkai kiri
  7. Penari ketujuh disebut Gulu yang disimbolkan sebagai badan
  8. Penari kedelapan disebut Dhada yang disimbolkan sebagai badan
  9. Penari kesembilan disebut Dan Boncit yang disimbolkan sebagai organ seksual












Tidak ada komentar:

Posting Komentar