Senin, 26 Oktober 2015

 Tari Gebyar Batik
Latar Putih, Latar Ireng, Kawung, dan Parang adalah ciri khas batik Jogjakarta. Keempatnya dimunculkan untuk membalut tubuh penari Gebyar Batik karya Paranditya Wintarni, cucu Bagong Kussudiardja, dari sulungnya Ida Manutranggana. Memunculkan batik ciri khas Jogja adalah masukan dari Sultan HB X, saat pentas pamitan di Kepatihan menjelang keberangkatan ke Rusia bersama Dinas Kebudayaan. Tarian ini kebetulan ‘lahirnya’ berdekatan dengan pengakuan UNESCO atas batik Indonesia.
    Saat tarian mau dipentaskan, ternyata persediaan kain yang mencukupi, dan banyak tersedia adalah kain (jarik) corak Sidoasih. Akhirnya kain sido asih pun membelit tubuh penari sebagai kostum, dan jadilah tarian ini dinamakan tari Pamer Sidoasih.

   Dengan kain batik beraneka corak, plus musik besutan baru, Gebyar Batik semakin memikat. Andit mengeksplorasi kain batik menjadi berbagai bentuk. Seredan (kain yang disisakan di samping badan) dibuat panjang sekali, dan bisa dimain-mainkan ke sana-kemari, dan dibuat beraneka desain gerak. Memainkan seredan yang super panjang ini, nampaknya menginspirasi penari dan penata tari lain. Hingga ketika hal itu muncul di garapan lain, orang yang tahu Gebyar Batik, akan langsung mengingat Tari Gebyar Batik.
Setelah bermetamorfosa menjadi Gebyar Batik, tarian ini sudah dibawa ke Rusia, Suriname, Beijing, Timor Leste, juga dipentaskan pada acara opening ceremony Kridaya (thn 2009), opening ceremony World Batik 2010.

1.  Gebyar Batik Menggunakan formasi Seling dengan formasi latar jarik
 
 2. Formasi Lurus dengan gaya srigsig
 
 
3.Tata Kostum dengan Sirapan Pinggir
 
 
Setelah bermetamorfosa menjadi Gebyar Batik…….kain batiknya beraneka jenis, dengan memunculkan batik khas Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar