Tari Gebyar Batik
Latar Putih, Latar Ireng, Kawung, dan Parang adalah ciri khas batik
Jogjakarta. Keempatnya dimunculkan untuk membalut tubuh penari Gebyar
Batik karya Paranditya Wintarni, cucu Bagong Kussudiardja, dari
sulungnya Ida Manutranggana. Memunculkan batik ciri khas Jogja adalah
masukan dari Sultan HB X, saat pentas pamitan di Kepatihan menjelang
keberangkatan ke Rusia bersama Dinas Kebudayaan. Tarian ini kebetulan
‘lahirnya’ berdekatan dengan pengakuan UNESCO atas batik Indonesia.
Saat tarian mau dipentaskan, ternyata persediaan kain yang mencukupi,
dan banyak tersedia adalah kain (jarik) corak Sidoasih. Akhirnya kain
sido asih pun membelit tubuh penari sebagai kostum, dan jadilah tarian
ini dinamakan tari Pamer Sidoasih.
Dengan kain batik beraneka corak, plus musik besutan baru, Gebyar Batik
semakin memikat. Andit mengeksplorasi kain batik menjadi berbagai
bentuk. Seredan (kain yang disisakan di samping badan) dibuat panjang
sekali, dan bisa dimain-mainkan ke sana-kemari, dan dibuat beraneka
desain gerak. Memainkan seredan yang super panjang ini, nampaknya
menginspirasi penari dan penata tari lain. Hingga ketika hal itu muncul
di garapan lain, orang yang tahu Gebyar Batik, akan langsung mengingat
Tari Gebyar Batik.
Setelah bermetamorfosa menjadi Gebyar Batik, tarian ini sudah dibawa ke
Rusia, Suriname, Beijing, Timor Leste, juga dipentaskan pada acara
opening ceremony Kridaya (thn 2009), opening ceremony World Batik 2010.
1. Gebyar Batik Menggunakan formasi Seling dengan formasi latar jarik
2. Formasi Lurus dengan gaya srigsig
3.Tata Kostum dengan Sirapan Pinggir
Setelah bermetamorfosa menjadi Gebyar Batik…….kain batiknya beraneka jenis, dengan memunculkan batik khas Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar